Senin, 25 Juni 2012

Pendakian Gunung Pangrango part. 2


Sabtu, 16 Juni 2012
Keesokan harinya, kami disambut oleh kicauan burung dan pancaran sang mentari yang menghangatkan tubuh  kami. Tak lama setelah kami bangun, kami berniat untuk melanjutkan perjalanan. Kami  sempat mengadakan super trap dadakan dengan target utama para pendaki yang melintasi tempat ngecamp kami.

Udara gunung di pagi hari lumayan menusuk. Namun sempat beberapa saat cekikan dingin Pangrango lenyap seketika oleh panasnya air sungai yang kami lewati. Suhunya hampir 80 derajat. Sumber air panas sedikit berbahaya. licin, dan panas. Berpegangan pada kabel-kabel adalah pilihan satu-satunya. Setelah melewati aliran air panas diatas batu-batu licin itu, kami beristirahat. Disana kami berhenti sejenak untuk menikmati nasi uduk yang dijajakan oleh penduduk sekitar. Ketika makan nasi uduk teman kami berinisial APA digombali oleh orang aneh pendaki juga untung saja ada superhero datang yang berinisial MWSU untuk menyelamatkan APA. (Wow so sweet yah!) Tak terlalu jauh dari air panas terdapat tempat camp yang disebut Kandang Batu. Terlihat puncak Pangrango memanggil-manggil di balik kabut tipis. Lalu kami melanjutkan perjalanan menuju kandang badak.

Lega rasanya siang itu kami tiba di Kandang Badak. Setelah sampai di kandang badak, kami beristirahat sejenak untuk menikmati snack yang kami bawa juga mengisi botol-botol kosong dengan air bersih. Tak lama kemudian, kami langsung melanjutkan perjalanan. Jalur setelah itu bertambah sulit untuk rintangan kepala, namun untuk jalur kaki lumayan menyenangkan. Tidak ada jalur batu lagi. Namun kami harus banyak memanjat lagi. Di pertengahan jalan, kami istirahat sejenak untuk makan siang dan menunaikan shalat zuhur. Beberapa teman serta kakak pembina kami langsung memasak sesuai menu yang telah ditentukan, yaitu dengan tumis labusiem dan teri kacang. Tadinya mau makan tahu tetapi sepertinya tahunya dimakan musang saat ngecamp pertama. Hhft.. setelah makan siang, kamipun melanjutkan perjalanan menuju puncak Pangrango. (y)
Jalan menuju puncak Pangrango semakin ke atas semakin terjal. Hutan Pangrango memang lebat dan agak gelap. Banyak pohon tumbang melintang yang harus kami lalui. Jalurnya pun lumayan menguras tenaga. Menanjak dan sesekali harus sedikit memanjat akar-akaran. Ada yang kakinya slip di batu dan ada juga yang anklenya sakit. Membengkak sedikit, dan membuat perjalanan sedikit lebih lama. Jalurnya sangat menantang, pohon disana-sini, menghalangi jalan, tak jarang kami harus berjongkok, membungkuk, melompat pelan, dan memanjatnya. Cukup menguras tenaga memang. Tapi puncak Pangrango dan lembah Mandalawangi yang menjadi impian kami seolah berteriak, “Take a rest if you must but never quit!”.  Di sini hutannya memang terjaga. Rindang dan nyaman. Itu kesan kami. Pelajaran berharga dalam mengatur ritme berjalan kami dapat dari Kak Endri. Berjalan di belakangnya dan mengikuti langkahnya membuat kami dengan sendirinya mengatur ritme berjalan, nafas, dan istirahat. Terima kasih, Kak… ^_^

Setelah melewati perjalanan yang cukup berat, sekitar pukul 18.00 tibalah kami di puncak Pangrango. Tidak disangka kami berada di ketinggian 3019 mdpl. Perjuangan ke puncak Pangrango menakjubkan. Dari puncak Pangrango kami dapat melihat kawah Gede dan gigiran kawah jalur menuju puncaknya. Sungguh indah! Cakrawala ufuk barat berselimutkan awan dan bertabur warna senja. Indah! Tak bisa kami lukiskan kebahagiaan yang menyusup di hati kami ketika melihat tugu puncak Pangrango. Dalam beberapa pendakian, inilah pendakian pertama kami dimana kami berhasil menginjakkan kaki di puncak gunung. Puncak Pangrango tidak seperti puncak gunung kebanyakan yang memiliki medan datar beberapa meter saja.

Di puncak Pangrango ini kita bahkan bisa membuat camp tanpa khawatir diserang angin kencang sebab banyak pohon tumbuh. Tak berapa lama kemudian teman yang lain pun sampai di puncak. Ya, kami terpecah menjadi dua tim dalam perjalanan menuju puncak. Setelah semua teman sampai, kami segera membangun tenda karena banyak yang sudah tidak kuat menahan dingin. Sementara beberapa teman mendirikan tenda, kami menikmati keindahan alam di puncak Pangrango ini. Kami speechless. Kami duduk sebentar, menikmati kabut, pohon cantigi, dan gerombolan edelweis. Sembari melihat matahari terbenam. Tapi sayang sekali, kami hanya bisa melihat bayangannya dikarenakan tertutup awan & gunung Gede.

Setelah tendanya jadi, kamipun segera masuk ke dalam tenda karena udara benar-benar dingin. Lalu, kami segera menyalakan kompor di dalam tenda agar suhu di dalam tenda menjadi hangat. Setelah itu, kami memasak coklat hangat dan rawon untuk mengisi perut yang sejak sore sudah keroncongan. Dan akhirnya kami makan & minum segelas coklat hangat sambil melepas senja. Kami berencana keluar dari tenda setelah makan untuk melihat taburan bintang, dan sinar rembulan di malam yang sunyi itu. Tapi sayang sekali lagi lagi kami belum beruntung. Karena cuaca di malam itu mendung. Kami sedikit menyesal, tapi mungkin belum saatnya kami bisa melihat taburan bintang dan sinar rembulan di malam itu. Mungkin lain kali. Semoga saja. Lelah telah menggelayuti tubuh kami. Sekitar pukul 21.00, kami segera tidur ditemani suara angin yang meniup pohon-pohon (suaranya seperti mobil yang sedang melaju kencang) dan dinginnya puncak Pangrango di malam hari.


                                                                                                       to be continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar