Senin, 25 Juni 2012

Pendakian Gunung Pangrango part. 1


Created by:
Pandini Putri Anggraeni, Amalia Pradipta Arsyad, Ummaymatul Anin, Nadiah Agustin, M. Rizqi Ghiffari, Rizaldi Dwi Septianto, dan
M. Wildan Satrio Utomo

Jumat, 15 Juni 2012
Pagi itu, sekitar pukul 09.00 Pandini Putri Anggraeni, Amalia Pradipta Arsyad, Ummaymatul Anin, Nadiah Agustin, M. Rizqi Ghiffari, Rizaldi Dwi Septianto, M. Wildan Satrio Utomo, dan Nurul Gamal, serta kakak pembina kami Endri Siswanto berencana mendaki gunung. Mereka sibuk mempacking berbagai macam barang ke dalam tas carrier mereka yang rata-rata tingginya hampir satu meter. Kali ini kami akan melakukan pendakian di Gunung Pangrango yang terletak di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cianjur, Cibodas, Jawa Barat. Wow! Lumayan jauh ya.

Awalnya kami harus melakukan administrasi untuk pendaftaran. Karena zaman udah modern dan teknologinya lebih canggih, jadi kami tidak perlu datang langsung ke tempat pendaftaran tapi hanya perlu online yang sebenarnya lebih rumit. Kami melakukan itu sendiri tanpa campur tangan kakak pembina. Dari mulai pendaftaran, kami menyiapkan surat izin disertai fotokopi KTP orangtua dan juga melakukan pentransferan uang ke rekening Bank BNI Cabang Cipanas atas nama Balai Besar TNGGP (pnbp).

Hingga hari keberangkatan, kami berkumpul di depan salah satu supermarket di dekat sekolah kami. Kami berangkat  menaiki angkutan umum 61 sampai Cilandak lalu kami menaiki koantas bima jurusan  terminal kampung rambutan. Sesampainya di Kampung Rambutan, kami langsung naik bis biasa menuju Cibodas. Suasana dalam bis sangat sumpek, panas, dan bising. Tapi suasana itu menjadi daya tarik tersendiri bagi kami. Tak henti-hentinya kami senyum-senyum sendiri mendengarkan teriakan para pedagang asongan yang lalu lalang menjajakan dagangan mereka. “Air air air mijon mijon yang haus, pokari dingin pokarimas (emang ada ya pokarimas?).” Seorang bapak-bapak gendut dan botak berteriak dengan kolokasi yang ngawur seraya mengangkat box berisi berbagai macam minuman. Dari arah yang berlawanan seorang ibu dengan tas pinggang lusuh tak mau kalah lantang mempromosikan barangnya. Ada juga pengamen yang meminta imbalan secara paksa kepada penumpang. Sialnya, yang paling dipaksa itu kami sampai-sampai kami terdiam tanpa kata karena takut dengan pengamen tersebut. Beruntung pengamen tersebut langsung turun dari bis yang kami naiki. Tak terasa telah berjam-jam kami duduk di dalam gerbong tua itu. Perut pun sudah mulai minta isi.

Empat jam kemudian...
Kami sampai di pemberhentian bis dan langsung menyarter sebuah angkot kuning menuju gedung information centre yang ada di kaki gunung. Waktu yang kami tempuh hanya 15 menit saja. Turun dari angkot, kami di sambut oleh dinginnya udara pegunungan Cibodas. Tapi itu tak menyurutkan semangat kami untuk mendaki Pangrango yang sudah di depan mata.

Sesampainya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), kami langsung menuju ke gedung information centre untuk administrasi ulang, walaupun sedikit mengalami permasalahan yang menghabiskan waktu kami, akhirnya pengurusan administrasi selesai juga. Di dekat pintu masuk terdapat posko yang mengurusi perizinan. Semua pengunjung diwajibkan melapor terlebih dahulu sebelum maupun sesudah pendakian. Bahkan peraturan disini juga mewajibkan pengunjung mengisi form mengenai barang pribadi dan list barang yang kemungkinan menghasilkan sampah & barang yang mengandung bahan kimia.

Setelah mengurus persyaratan di atas, kami mengawali trip ini dengan doa bersama. Sebuah permohonan kepada Allah untuk keselamatan, kegembiraan, dan kemudahan kami dalam mendaki gunung ini. Sekitar pukul 16.00, kami memulai pendakian dengan menapaki satu demi satu anak tangga yang disusun dari batu-batu. Pohon-pohon yang kokoh dan rindang begitu rapat menghalangi sinar matahari yang sore itu cukup terik. Terus berjalan, terus berjalan. Kami kerap kelelahan. Setelah berjalan sekitar 1,5 km, tibalah kami di telaga biru. Telaga biru merupakan danau kecil berukuran lima hektar. Di papan keterangan yang ada di dekat aliran air diterangkan bahwa telaga biru yang warnanya bisa berubah-ubah tersebut kaya akan nutrisi dan mineral yang berasal dari pertumbuhan organis dan batuan serta tanah vulkanis yang terlarutkan. Dan kami memutuskan untuk break disini.

Tak lama kemudian kami meneruskan perjalanan. Jalannya masih berupa anak tangga seperti yang ada sejak di pintu masuk. Tapi kemudian kami harus melewati jembatan yang kondisinya agak memprihatinkan sehingga kami harus ekstra hati-hati agar tidak terperosok. Sekitar pukul  18.30, kami tiba di shelter dan langsung mengambil air wudhu di aliran sungai untuk melaksanakan shalat maghrib. Di shelter terdapat penunjuk arah yang berbentuk tanda panah yang di lengkapi keterangan: Air Panas 2,8 Km, Puncak Gede 8,5 Km,  Puncak Pangrango 10,5 Km. Dari shelter tempat kami beristirahat sangat jelas terdengar suara gemericik air terjun cibeureum yang tingginya kurang lebih 50 meter. Namun sayang karena sampai disana sudah malam, akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi air terjun yang letaknya tak searah dengan jalan menuju puncak tersebut ketika pulang saja. Selesai shalat, kami memasak ubi bakar cilembu dan membuat coklat hangat.

Tanpa berlama-lama, setelah mengganjal perut secukupnya, kami pun melanjutkan perjalanan dengan ritme yang mulai menurun. Udara gunung di malam hari yang lumayan menusuk semakin memperlambat langkah kami. Hari pun mulai larut malam dan kami memutuskan untuk ngecamp di pelataran yang cukup luas dan mendirikan sebuah tenda. Setelah tenda berdiri, beberapa teman dan kakak pembina kami langsung memasak sesuai menu yang telah ditentukan. Makan malam pun telah siap. Tanpa menunggu lagi langsung saja kami sikat jatah kami masing-masing. Tapi beberapa teman lebih memilih untuk tidur saja. Terutama si anak pacet ( kak gamal ) tertidur yang membuat gaduh seisi tenda. Mungkin karena udara yang sangat dingin & lelah, dia jadi malas. Setelah makan malam selesai, kami pun tidur dengan nyenyaknya.


                                                                                                            to be continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar