Senin, 25 Juni 2012

Pendakian Gunung Pangrango part. 3


Minggu, 17 Juni 2012
Keesokan harinya, kami disambut oleh kicauan burung dan pancaran sang mentari yang menghangatkan tubuh  kami. Tak lama setelah kami bangun, kami langsung keluar tenda untuk melihat matahari terbit ditemani pemandangan alam di puncak Pangrango. Indah sekali memang. Sementara itu, beberapa teman ada yang memasak untuk sarapan. Menu sarapan kami pagi itu adalah spaghetti dengan saus sarden dan kornet diatasnya. Hhmm yummy!! Ada juga yang berfoto dengan pendaki lain. Sarapan telah siap. Kami langsung merapat ke tenda untuk menikmati sarapan kami kali ini.

Setelah sarapan, kami langsung menuju lembah Mandalawangi. Letaknya sekitar 10 menit dari puncak Pangrango. Sebuah pemandangan berisi pohon-pohon edelweis yang bergerombol, di padang rumput, berlatar bukit. Kabut tipis, suhu yang membuat kami tak banyak bicara, pucuk-pucuk edelweis yang bicara tentang keabadian, dan akhirnya kami hanya akan mendengar angin yang membelai lembut keheningan sekitar. Edelweis yang seakan bicara dengan tanah dalam bahasa yang kami tidak mengerti. Ia tidak tumbuh tinggi, tapi mampu mengajak manusia memuji Tuhan di lembah Mandalawangi, dan menyentuh awan di puncak Gunung Pangrango. Lagi-lagi keindahannya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Kamipun menyempatkan diri untuk berfoto.
Matahari telah tinggi di ufuk timur. Setelah puas “menjelajahi” lembah Mandalawangi, kami kembali ke camp di puncak. Kami speechless. Kami duduk sebentar, menikmati kabut, pohon cantigi, dan gerombolan edelweis. Kami mendekat ke bibir jurang untuk melihat mereka. Cantigi,  yang hanya tumbuh di puncak-puncak gunung, dan satu lagi yang kami nanti nantikan yaitu, edelweis. Setelah itu kami diajak turun sedikit. Kami mencoba semacam buah berry. Yang ternyata kami ketahui buah itu bernama arbey. Rasanya memang seperti buah berry pada umumnya. Tapi buah ini menyajikan sensasi tersendiri karena arbey hanya hidup di gunung. Dan biasanya disebut makanan gunung. Lumayan lah untuk cemilan kami di pagi hari.

Setelah puas menikmati pemandangan di puncak Pangrango, kamipun bergegas untuk membereskan tenda dan packing. Sekitar pukul 08.00, kami memutuskan untuk segera turun gunung. Perjalanan turun melelahkan, amat melelahkan. Dengkul kami juga kena. Kaki sudah letih. Kami lanjut turun dan akhirnya sampai juga di kandang badak sekitar pukul 11.30. Dan kami memutuskan untuk beristirahat. Berhenti untuk sekedar mengganjal perut dan memasak air minum untuk perbekalan kami hingga kaki gunung.

Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan sampai pada akhirnya kami mampir di air terjun cibeureum. Kami bergegas menyusuri jalan menuju air terjun tersebut. Tapi, kakak pembina kami, Amel, dan Nadiah lebih memilih tinggal di shelter sembari menjaga tas kami. Setelah puas bermain-main di air terjun, kami melanjutkan perjalanan kami menuju pos. Di tengah perjalanan, kami mampir ke telaga biru untuk sekedar packing ulang dan berfoto-foto.

Langit mulai gelap dan pastinya hari mulai malam. Kamipun melanjutkan perjalanan. Mendengar obrolan pendaki lain bahwa pos pertama hanya sekitar 16 hm lagi, semangat kamipun membara. Dengan tenaga yang tersisa, kami terus menuruni kaki gunung. Tepat pukul 18.00 kamipun sampai di pos pertama. Sambil menunggu beberapa teman & kakak pembina, kamipun beristirahat. Setelah semuanya telah sampai di tempat, kami langsung menyerahkan form mengenai barang pribadi dan list barang yang kemungkinan menghasilkan sampah & barang yang mengandung bahan kimia.

Sesudah itu kamipun segera menuju masjid yang ada di lingkungan gedung information centre. Disana kami shalat dan menyempatkan diri untuk beristirahat. Ada yang ganti pakaian, ada yang pijet-pijetan, ada yang jalan-jalan, ada yang... hhmm banyak deh pokoknya. Oiya, ada kejadian yang bikin kami panik. Ternyata handycam Pandini hilang, kami tidak tahu bagaimana alur kejadiannya. Tapi saat itu juga Pandini, ditemani Ummay dan Ghiffari segera mencari handycam tersebut. Sementara yang lain lebih memilih tinggal di masjid. Beberapa menit kemudian, mereka datang dengan membawa handycam yang diduga hilang sebelumnya. Ternyata, handycam tersebut tertinggal di dekat pos yang kita tempati untuk istirahat sebelumnya.

Sekitar pukul 19.30 kamipun segera meninggalkan TNGGP. Setelah itu, kami mampir ke warung makan untuk mengisi perut kami. Lalu kami lanjut pulang dengan menaiki angkot kuning sampai tempat pemberhentian bis. Turun dari angkot, kamipun segera menunggu bis. Cukup lama kami menunggu, akhirnya ada juga bis yang lewat. Hari sudah malam, beruntung kami dapat tempat duduk. Di dalam bis, kami tertidur pulas sampai-sampai tidak sadar kalau kami sudah berada di terminal kampung rambutan.

Kami masih tidak percaya, dua malam kami menginap di Pangrango. Kami kembali teringat suara angin mendesir, hanya nafas yang menunjukkan bahwa kami ada di sana.

                                                                                                               -THE END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar